Rabu, 26 November 2008

Situs BatuJaya


Candi atau lebih tepat disebut Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah situs peninggalan Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan juga di Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena merupakan kompleks candi-candi yang berbeda-beda.

Situs Batujaya secara administratif terletak di perbatasan antara dua desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar 5 km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di bagian permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak 6 kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter dari utara sungai Citarum. Keberadaan sungai citarum ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap area situs. Sebab tanah di daerah sini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pada musim hujan.

Jika menggunakan kendaraan sendiri, dan datang dari Jakarta, ambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang barat dan ambil jurusan Rengasdengklok. Sesampai di sini ambil jurusan Batujaya.

Situs Batujaya pertama kali ditemukan oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984. Semenjak awal penelitian dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1999, ditemukan tidak kurang dari 13 situs di desa Segaran dan 11 situs di Tegaljaya. Sehingga secara total ada 24 buah situs di kawasan ini.

Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di situs Batujaya telah dipugar dan sedang dipugar.

Saat ini ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh tim gabungan Indonesia-Perancis. Hal ini antara lain dimungkinkan berkat bantuan EFEO (École Français d’Extrême-Orient).

Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.

Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.

Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.

Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata.

Berdasarkan analisis radiometri Carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.

Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.

0 komentar:

Template by : Dirrga Blogspot